Kamis, 19 Januari 2017

DAYA SAING BANK SYARIAH DI SEBUAH NEGARA RELIGIUS: TEMUAN EMPIRIK DARI INDONESIA

PENDAHULUAN

Perkembangan bank syariah di dunia saat ini telah menarik perhatian banyak kalangan, diantaranya adalah para praktisi dan akademisi. Berpusat di wilayah Timur Tengah, Afrika Utara, dan Negara-negara Muslim lainnya, bank syariah tumbuh sebesar 15% - 50% per tahun lebih tinggi dari bank konvensional (Ernst & Young, 2014). Dengan jumlah sekitar 38 juta nasabah di seluruh dunia, total asset dari industri perbankan syariah di seluruh dunia telah mencapai US$ 1,7 milyar di tahun 2013. Meskipun pangsa pasar bank syariah di dunia masih kurang dari 2% (Beck et al., 2013), dengan kinerjanya yang positif dan per
tumbuhannya yang menjanjikan dapat menjadi indikasi kemampuan bank syariah untuk dapat bersaing dengan bank konvensional di industri perbankan dunia, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.

TINJAUAN LITERATUR

Perbankan Syariah di Indonesia Di Indonesia, bank syariah dipandang oleh Bank Indonesia sebagai alternatif sistem perbankan untuk masyarakat yang Indonesia yang beragam. Bank Indonesia mengharapkan Bank syariah dan bank konvensional untuk saling melengkapi dalam mobilisasi dana masyarakat ke dunia perbankan. Senada dengan Gheeraert (2014), apabila bank syariah dapat menjangkau masyarakat yang tidak mau menggunakan jasa perbankan konvensional, total dana perbankan yang dihimpun dari masyarakat yang akan digunakan untuk menggenjot roda perekonomian akan semakin tinggi. Bank syariah juga memiliki banyak alternatif pembiayaan kepada nasabah yang religius, seperti qardhul hasan (Falikhatun et al., 2016), yang dapat menjadi motor penghimpunan dana masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik deskriptif Statistik deskriptif penelitian ini tersaji dalam Tabel 2. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bank syariah dan konvensional di Indonesia dalam hal total aset, kredit (pembiayaan), dan ekuitas. Sebagai contoh, Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank syariah yang memberikan pembiayaan tertinggi (Rp 21,2 milyar) dibanding bank syariah yang lain masih tertinggal jauh jika dibandingkan Bank Mandiri (Rp 417 milyar). Sebagai bank syariah terbesar dari sisi total asetnya, Bank Syariah Mandiri (BSM) hanya 10% dibandingkan dengan former parent Bank Mandiri. Secara umum, berdasarkan data yang dimiliki peneliti, total aset lima bank syariah di Indonesia hanya 6,4% dari total aset perbankan di Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN 

Penelitian ini menginvestigasi daya saing bank syariah dan bank konvensional di Indonesia untuk menjawab pertanyaan apakah bank syariah memiliki daya saing yang lebih baik di negara yang memiliki religiusitas tinggi seperti Indonesia. Peneliti menggunakan indeks Lerner untuk mengukur daya saing bank. Hasil yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa daya saing bank syariah secara signifikan lebih rendah dari bank konvensional. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bank konvesional sangat superior dalam hal utilisasi aset mereka. Risiko bank konvensional yang ditunjukkan dari rasio kapital juga lebih rendah daripada bank syariah. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa religiusitas sebuah negara tidak menjamin bahwa bank syariah akan memiliki posisi yang lebih baik di masyarakat dan pasar perbankan. Penelitian ini memiliki kontribusi kebijakan yaitu bahwa Direktorat Perbankan Syariah di Bank Indonesia belum bekerja secara efektif. Bank Indonesia perlu memikirkan cara yang lain untuk mengembangkan daya saing bank syariah dalam meningkatkan stabilitas keuangan negara. Keseimbangan antara bank syariah dan bank konvensional sangat penting untuk stabilitas keuangan. Salah satu batasan penelitian ini adalah tentang pemilihan sampel. Akan lebih baik jika sebuah penelitian dapat membandingkan dua sampel yang memiliki karakteristik yang cukup sama. Membandingkan bank syariah dengan pangsa pasar 6% dengan bank konvensional yang menguasai 80% pasar perbankan dirasa kurang fair. Dengan demi
kian, penelitian ini mendorong penelitian selanjutnya untuk mempelajari daya saing perbankan menggunakan karakteristik bank yang sama.

NILAI TUKAR RUPIAH DAN KINERJA PASAR SAHAM: STUDI EMPIRIK PADA BURSA SAHAM INDONESIA

PENDAHULUAN

Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara, melalui dua fungsinya sebagai sarana bagi pendanaan perusahaan dan sarana bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana untuk berinvestasi pada instrumen keuangan jangka panjang.Dengan demikian, pasar modal merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pihak yang kelebihan dana akan berinvestasi dengan mentransaksikan instrumen keuangan yang diterbitkan oleh pihak yang membutuhkan dana.

METODE 

A. Data dan Sumber Data

 Estimasi model GARCH untuk menginvestigasi pengaruh nilai tukar terhadap return dan risiko investasi di pasar saham, akan dilakukan dengan menggunakan data time series harian harga penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan sample period awal Januari 2013 s.d 15 Desember 2015. Data harga penutupan IHSG diperoleh dari situs www.finance.yahoo.com, sedangkan data nilai tukar Rupiah terhadap USD diunduh dari www.bi.go.id.

B. Metode Analisis Data 

Banyak hasil kajian dalam literatur yang menunjukkan bahwa univariate stock index return mempunyai sifat time-varying volatility. Distribusi data return hariannya menunjukkan ciri leptokurtic, skewness, dan volatility clustering.Semua sifat ini bertolak belakang dengan properti dari distribusi Gaussian (normal). Oleh karena itu sebelum estimasi model GARCH dilakukan, akan dilakukan pengujian Lagrange Multiplier untuk menguji keberadaan struktur ARCH dengan menggunakan auxiliary least squares regression untuk variable stock return. Statistik deskriptif terkait dengan seluruh properti di atas termasuk inferensi untuk pengujian normalitas, akan ditelaah juga untuk melengkapi alasan digunakannya spesifikasi GARCH dalam penelitian ini.

Hasil

Seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa keterkaitan antara nilai tukar dan imbal hasil serta volatilitas return saham dalam studi ini dilakukan dengan estimasi model GARCH yang merupakan spesifikasi model yang tepat bagi data yang mempunyai sifat time-varying volatility dan mempunyai distribusi yang tidak normal. Grafik di bawah ini menunjukkan time series data return untuk bursa saham Indonesia.

Dari berbagai pengujian dan pengamatan terhadap karakteristik data return tersebut dapat disimpulkan bahwa spesifikasi model GARCH merupakan model yang tepat untuk menangkap karakteristik data keuangan seperti ini.Estimasi model mean equation yang spesifikasinya ditunjukkan pada persamaan (5), menuntut penentuan orde
yang optimal untuk proses autoregressive(AR)dan moving average-nya (MA). Berdasarkan model GARCH (0,1) yang merupakan orde GARCH terbaik untuk data penelitian ini, hasil uji diagnostik untuk penentuan orde optimal untuk proses AR dan MA


KESIMPULAN 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar merupakan salah satu indikator makroekonomi yang lebih dari satu tahun belakangan ini mengalami tren depresiasi yang cukup dalam.Studi ini mengkaji dampaknya terhadap kinerja (return dan risiko) pasar saham di Indonesia. Dengan menggunakan metode analisis TGARCH pada data dalam periode 3 Januari 2013 sampai dengan 15 Desember 2015,mean equation menunjukkan bahwa nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap return saham. Tren depresiasi nilai tukar Rupiah menyebabkan penurunan yang signifikan dalam imbal hasil saham di Bursa Efek Indonesia.Jika pergerakan nilai tukar sepanjang periode penelitian berdampak signifikan terhadap imbal hasil saham, namun hasil estimasi varians equation menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam volatilitas return saham pada saat nilai tukar Rupiah di bawah dan di atas Rp 12.000/USD. Bukti empirik ini menunjukkan bahwa tren penurunan nilai tukar Rupiah terhadap USD, walaupun menyebabkan penurunan yang signifikan dalam imbal hasil saham, namun tidak menyebabkan adanya peningkatan risiko yang signifikan dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia. Signifikannya pengaruh nilai tukar terhadap imbal hasil saham, membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia menghadapi foreign exchange exposure. Studi ini tidak mengkaji, dari 3 (tiga) exposure yang dikemukakan di atas, mekanisme transmisi dari exposure yang mana yang bekerja lebih dominan dalam mempengaruhi kinerja perusahaan. Pengembangan model lebih lanjut yang dapat mendeteksi mekanisme transmisi ini, tentu akan menjadi topik penting dan menarik.