Sabtu, 25 April 2015

Hubungan Indonesia-Australia



Kasus Ini Membuat Indonesia-Australia Bermusuhan
Jokowi mendapat ucapan selamat dari Perdana Menteri Australia Tony Abbott, usai pelantikan Presiden di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin 20 Oktober 2014. REUTERS/Darren Whiteside
TEMPO.CO, Jakarta - Saat Presiden Joko Widodo dilantik pada Senin, 20 Oktober 2014, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan ada kesempatan yang baik untuk memperbaiki dan mempererat hubungan kedua negara yang sempat renggang. Abbott mengundang langung Jokowi, sapaan Joko Widodo, untuk datang dalam acara G20 di Brisbane, Australia.

Hubungan Indoneisa dengan Australia mengalami pasang-surut. Dari masalah pencarian suaka hingga isu penyadapan membuat dua negara tetangga ini "bermusuhan". Berikut ini beberapa kasus yang membuat Indonesia-Australia panas dingin.

1. Pencarian suaka

Pada Februari 2014, pemerintah Australia mendorong 26 imigran dari berbagai negara di Timur Tengah untuk mencari suaka di Indonesia. Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Indonesia menuding Australia terlalu arogan dan melanggar hak asasi para pencari suaka. Tindakan itu juga melanggar Deklarasi Jakarta yang dalam kesepakatan tersebut meminta agar penanganan imigran gelap melibatkan pemerintah negara asal, negara singgah, dan negara tujuan.

Masalah pencarian suaka juga pernah membawa Indonesia menjadi pihak yang bersalah. Sebuah kapal perahu berpenumpang 200 pencari suaka tenggelam di 100 mil laut Pulau Christmas pada Juni 2014. Akibatnya, lebih dari seratus pencari suaka asal Afganistan dan Pakistan tewas tenggelam. Dua nelayan Indonesia yang mengendalikan kapal, Boy Djara dan Justhen, divonis penjara selama 6 dan 9 tahun.

2. Wilayah perbatasan

Batas wilayah perairan telah menjadi masalah yang kompleks bagi hubungan Indonesia dan Australia. Pada Februari lalu, Australia dilaporkan enam kali melanggar batas wilayah Indonesia. Namun, para pejabat Canberra berdalih bahwa hal itu terjadi karena unsur ketidaksengajaan. Pemerintah Australia langsung menyampaikan permintaan maaf kepada Indonesia di Jakarta.

3. Isu penyadapan

Masalah penyadapan juga sempat membuat hubungan Indonesia dengan Australia renggang. Hal ini bermula saat mantan kontraktor Lembaga Keamanan Amerika (NSA), Edward Snowden, membocorkan sebuah dokumen yang menyebutkan bahwa Australia menyadap pembicaraan telepon antara mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono. Presiden SBY mengungkapkan enam syarat pemulihan hubungan diplomatik pada 26 November 2013 sebagai respons atas surat Perdana Menteri Tony Abbott setelah Indonesia menyatakan protes dengan menarik Duta Besar Nadjib Riphat Kesoema dari Canberra.

4. Organisasi Papua Merdeka (OPM)

Australia disebut menjadi pendukung gerakan OPM agar Papua menjadi negara sendiri. Dalam berapa pertemuan internasional, para pejabat Australia juga mengajak para pemimpin negara untuk mendukung kebebasan Papua dari Indonesia. Selain itu, media Australia seringkali membuat berita provokatif, seperti media New International Magazine yang menulis "Papua Barat ingin merdeka, Indonesia menembak mati mereka. Tapi hati jiwa yang mati tetap merdeka".

Australia Enam Kali Langgar Batas Perairan Indonesia

Angkatan Laut Australia melakukan proses evakuasi imigran gelap yang tenggelam di perairan pulau Panaitan, Pandegelang, Banten, (31/8). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Sydney – Batas wilayah perairan telah menjadi masalah yang kompleks bagi hubungan Indonesia dan Australia. Angkatan Laut Australia telah beberapa kali melewati batas wilayah perairan yang telah ditetapkan.

Dilansir dari Channel News Asia, menurut laporan Layanan Kepabeanan dan Perlindungan Batas Wilayah Australia serta Angkatan Pertahanan, antara Desember dan Januari 2014, Australia telah memasuki wilayah Indonesia.

Laporan yang disampaikan pada Rabu, 19 Februari 2014, ini terungkap melalui operasi militer yang dipimpin Operation Sovereign Borders pada 1 Desember 2013 hingga 20 Januari 2014. Hasilnya, dalam waktu kurang dari dua bulan, Australia enam kali melanggar batas wilayah.

Sebelumnya, Canberra hanya mengatakan kapal mereka "tidak sengaja" memasuki perairan Indonesia, tanpa mengatakan seberapa sering pelanggaran itu terjadi.

"Pelanggaran ini dilakukan tanpa sengaja. Ini terjadi karena perhitungan batas-batas perairan Indonesia yang salah. Hal ini bukan sebagai tindakan yang disengaja atau kesalahan navigasi,” tulis laporan tersebut.

Permintaan maaf secara resmi pun sudah disampaikan ke Jakarta, yang langsung
menuntut Australia menghentikan operasinya untuk mencegah pencari suaka. Operasi inilah yang akhirnya berujung pada pelanggaran batas wilayah.


Hubungan Indonesia-Australia Mundur Belasan Tahun


Hassan Wirajuda. TEMPO/Tri Handiyatno
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda menilai hubungan Indonesia dan Australia kini mundur jauh. Ia berpendapat skandal penyadapan dan langkah Australia mengirimkan sekoci berpenumpang 34 pencari suaka ke Indonesia menyeret hubungan kedua negara ke salah satu titik yang sangat rendah.

"Kita kembali ke situasi seperti tahun 2002," ujar Wirajuda dalam diskusi tentang penyelundupan manusia yang digelar Pusat Studi Kebijakan dan Advokasi Strategi (Center for Policy Studies and Strategic Advocation - CPSSA),di Hotel Four Seasons, Rabu, 19 Februari 2014.

Menurut Hassan, seusai pemilihan umum Australia tahun 2001, hubungan kedua negara juga memanas akibat isu pencari suaka. Namun, Indonesia dan Australia kemudian bersama-sama memulai Bali Process, konferensi regional yang membahas masalah tersebut. Hubungan kedua negara tak hanya membaik, tetapi negara-negara lain pun ikut bahu-membahu menangani problem tersebut.

Sekarang, kata Hassan, kondisinya lebih parah karena secara formal tak ada kemajuan dalam hubungan kedua negara. Akhir tahun lalu, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sempat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop setelah mantan ahli komputer di
National  
 melansir dokumen tentang penyadapan lembaga intelejen Paman Sam itu melalui beberapa negara. Namun, belum ada lagi pertemuan berikutnya yang menghasilkan langkah konkret.
"Harusnya ada pertemuan kedua yang membahas persetujuan tentang code of conduct kerja sama intelijen," ucapnya.

Alan Dupont, profesor keamanan internasional Universitas New South Wales, pada kesempatan sama berpendapat hubungan kedua negara memburuk karena isu pencari suaka nyaris selalu dipolitisir. "Ini isu yang populis dan debatnya seringkali dangkal," tuturnya.

Dupont menilai Indonesia ada dalam kondisi terjepit antara negara asal pencari suaka dengan Australia, yang menjadi negara tujuan atraktif bagi mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut, kedua negara dianggapnya tak bisa bekerja sendiri-sendiri ataupun berdua saja. Negara-negara lain di kawasan pun perlu duduk bersama dan merumuskan kerja sama. "Harus ada solusi regional," ucapnya.


ANALISIS :
Dari masalah hubungan Indonesia dengan Australia ada 4 point yang menjadi masalah yang menjadikan Indonesia dengan Australia yang sempat renggang:
1.      pemerintah Australia mendorong 26 imigran dari berbagai negara di Timur Tengah untuk mencari suaka di Indonesia. Tindakan itu juga melanggar Deklarasi Jakarta yang dalam kesepakatan tersebut meminta agar penanganan imigran gelap melibatkan pemerintah negara asal, negara singgah,negara tujuan.
2.      Batas wilayah perairan telah menjadi masalah yang kompleks bagi hubungan Indonesia dan Australia. Pada Februari lalu, Australia dilaporkan enam kali melanggar batas wilayah Indonesia.
3.      mantan kontraktor Lembaga Keamanan Amerika (NSA), Edward Snowden, membocorkan sebuah dokumen yang menyebutkan bahwa Australia menyadap pembicaraan telepon antara mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono
4.      media Australia seringkali membuat berita provokatif, seperti media New International Magazine yang menulis "Papua Barat ingin merdeka, Indonesia menembak mati mereka. Tapi hati jiwa yang mati tetap merdeka".




KESIMPULAN :
Bahwa di setiap negara-negara pasti ada suatu halangan atau konflik yang terjadi baik secara persaingan antar negara tersebut maupun hal yang tidak di sengaja. hubungan antara negara2 harus saling terjaga karena di setiap negara akan saling membutuhkan,jangan sampai menjadi peperangan antar negara yang menjadikan terpecah belah.

Sumber :
http://www.tempo.co/read/news/2014/10/22/120616344/Kasus-Ini-Membuat-Indonesia-Australia-Bermusuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar